Desa Tanggeran, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas merupakan desa yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Desa ini terkenal dengan suasananya yang masih asri karena dikelilingi pepohonan. Desa Tanggeran memiliki banyak cerita unik di dalamnya karena mayoritas penduduk masih memegang teguh prinsip-prinsip kemasyarakatan, salah satunya Pak Saiman. Pak Saiman adalah seorang penderes sekaligus produsen gula semut yang bekerja keras untuk menafkahi keluarga. “Nama saya Saiman, umur 46 tahun. Posisi saya sebagai kepala keluarga terus untuk pekerjaan saya nderes, nyadap nira”, ungkap Pak Saiman. Di balik kehidupannya, terkandung banyak cerita yang menginspirasi. Rasa tanggung jawab dan kekuatan seorang kepala keluargalah yang membawa Pak Saiman tetap semangat dalam mencari rezeki. Di balik manisnya gula semut yang tersaji di setiap seduhan minuman, tersimpan kisah perjuangan seorang ayah yang tidak pernah lelah demi keluarganya.
Desa Tanggeran merupakan salah satu sentral produksi gula semut yang ada di Kabupaten Banyumas. Dengan memanfaatkan banyaknya pohon kelapa, mayoritas masyarakat di desa tersebut berprofesi sebagai penderes sekaligus produsen dari gula semut. Gula semut merupakan produk unggulan lokal yang menjadi sumber kehidupan utama sebagian masyarakat Desa Tanggeran. Oleh sebab itu, para warga bersemangat untuk memproduksi gula semut. Dengan harapan dapat membantu perekonomian keluarga mereka sekaligus menjadi produk UMKM yang bisa menjadi secercah harapan untuk kemajuan bangsa. Selain menjadi mayoritas pekerjaan dari warga Desa Tanggeran, menderes merupakan sebuah tradisi turun-temurun dari orang tua mereka terdahulu. Seperti halnya Pak Saiman yang menekuni profesi tersebut karena sedari dulu ayahnya juga memiliki pekerjaan yang sama. Pengetahuan yang diberikan secara turun-temurun nampaknya membuat pemahaman dan keterampilan dasar terkait teknik memanjat pohon dan pengolahan gula menjadi lebih mudah.

Pak Saiman adalah seorang kepala keluarga yang berusia 46 tahun. Beliau merupakan penduduk asli Desa Tanggeran, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas. Meskipun hanya menempuh pendidikan terakhir SD, namun semangat Pak Saiman sebagai seorang kepala keluarga tak pernah padam. “Ya penderes itu kan suatu hasil yang didapatkan tiap hari karena kebutuhan saya juga setiap hari. Makanya nderes itu saya jadikan pekerjaan sehari hari atau pendapatan utama”, papar Pak Saiman. Ia telah menekuni pekerjaan ini sejak tahun 2011. Itu artinya sudah sekitar 14 tahun ia berprofesi sebagai penderes sekaligus produsen gula semut. Akibat profesi tersebut, selama 14 tahun itu juga, Pak Saiman melakukan rutinitas yang sama setiap harinya. Ia bangun dengan semangat yang tinggi setiap harinya kemudian bersiap untuk memanjat sebanyak 40 pohon kelapa. Kegiatan tersebut ia lakukan setiap hari pada pagi dan sore hari, dilanjutkan dengan menampung nira, kemudian merebusnya, dan melakukan proses pengolahan gula semut hingga akhir. “ tiap hari malah dua kali sehari itu untuk menjaga kualitas ya, nira itu harus diambil dua kali pagi dan sore. Untuk menjaga biar kualitas gula kita itu terjaga”, jelas Pak Saiman. Pak Saiman memiliki sifat gigih, pantang menyerah dan jujur. Oleh karena itu, dia selalu berusaha yang terbaik untuk mempertahankan kualitas gula semut yang ia produksi.
Pak Saiman tidak pernah mengeluh tentang hidupnya, ia selalu memiliki motivasi yang tinggi. Dengan begitu, profesinya bukan menjadi suatu beban, tetapi suatu ibadah dan kewajiban, karena selalu ada secercah harapan yang tersimpan dari hasil kerja yang ia lakukan setiap hari. Pak Saiman memegang nilai-nilai hidup yang berarti, seperti kerja keras, kejujuran, dan juga rasa syukur. Ia bekerja keras siang dan malam, dan selalu memegang tinggi kejujuran. Ia tidak pernah mau berbohong kepada konsumen-konsumennya. Ia selalu berusaha untuk memproduksi gula semut dengan kualitas yang terbaik, tanpa bahan pengawet buatan. Selain itu, ia juga selalu bersyukur atas nikmat yang telah Tuhan berikan kepadanya, sehingga ia memiliki kekuatan untuk mencari nafkah sebagai seorang penderes. Tidak mudah menjadi Pak Saiman yang mempertaruhkan keselamatannya setiap hari ketika memanjat pohon yang tinggi dengan cuaca yang tidak menentu. Hanya dengan doa, keterampilan, dan kegigihanlah yang dapat mengantarkan Pak Saiman pada keselamatan. Namun Pak Saiman tidak pernah menyerah, ia berjuang keras demi keluarganya.
Memproduksi gula semut bukanlah hal yang mudah. Butuh ketelitian dan ketekunan yang teramat untuk memproduksi gula semut dengan kualitas terbaik. Mulai dari pengambilan nira, proses penyaringan, perebusan, pengeringan, hingga menjadi butiran gula semut. Dalam hal tersebut, Pak Saiman tidak sendiri. Istrinya selalu setia menemani dalam memproduksi gula semut. Dengan begitu, Pak Saiman merasa terbantu dan dapat memproduksi dalam jumlah banyak. Adapun tantangan-tantangan yang Pak Saiman lalui dalam memproduksi gula semut tidaklah sedikit. Seperti cuaca yang tidak mendukung, kualitas nira yang tidak selalu sama, harga jual yang naik-turun, serta persaingan pasar. “kalau tantangan itu ya banyak, tantangan untuk menderes itu tantangannya yaitu hujan, angin, petir dan ada lagi yang lain. Mata ngantuk lelah ya tantangan juga”, papar Pak Saiman.

Menurut Pak Saiman, tantangan dalam penjualan gula semut ini adalah ketika harga jual gula semut turun karena hal itu akan berpengaruh pada pendapatan Pak Saiman. Belum lagi ketika cuaca buruk, maka dapat mempengaruhi keberhasilan produksi karena kualitas nira juga akan ikut berubah. Banyak upaya yang dilakukan Pak Saiman untuk terus berkembang, seperti mengikuti kelompok tani produsen gula semut, berinovasi dalam pengemasan, dan juga mempertahankan kualitas gula semut sesuai permintaan pasar. Tentunya, motivasi utama Pak Saiman adalah untuk menafkahi keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya.
Hasil dari semangat dan kerja keras Pak Saiman tersebut, ternyata berdampak pada keberhasilan Desa Tanggeran dalam memproduksi gula semut. Pak Saiman dikenal sebagai salah satu pelopor produsen gula semut terbaik di Desa Tanggeran. Ia menginspirasi para penderes untuk melestarikan gula semut dan bersama-sama menjadikan gula semut sebagai mata pencarian untuk mereka menafkahi keluarganya. Bahkan, ketekunan Pak Saiman ini sudah diakui oleh pihak pemerintahan seperti kepala desa. Pak Saiman terkenal sebagai penggerak dari kelompok produsen gula semut di desa tersebut. Salah satu harapan Pak Saiman adalah bahwa harga gula semut dapat meningkat sehingga pendapatan dari para penderes pun ikut meningkat.
Dari cerita ini, kita dapat memetik pelajaran bahwa ketekunan dari seorang kepala keluarga dalam mencari nafkah, bukan hanya sebagai bentuk tanggung jawab, tetapi juga sebagai bentuk keprofesionalitasannya dalam bekerja. Pak Saiman mengajarkan kita untuk terus bersyukur atas apapun pekerjaan yang kita lakukan, selagi pekerjaan tersebut halal. Sebab itu akan menjadi berkah bagi keluarga, desa, dan orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Ananda Rizky Putri


