Purwokerto, 26 Oktober 2025 – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Rhizome Universitas Jenderal Soedirman bekerja sama dengan Purwokerto Book Party menggelar seminar bertajuk “Banyumas Berbudaya: Menanamkan Nilai Lokal melalui Karya Sastra” di Aula Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unsoed, Minggu (26/10) pukul 07.30 WIB. Kegiatan ini menghadirkan Ahmad Tohari, penulis Ronggeng Dukuh Paruk, sebagai pembicara utama untuk mengajak generasi muda mengenali kembali jati diri Banyumas melalui bahasa dan karya sastra.
Dalam pemaparannya, Ahmad Tohari menekankan bahwa “Perwakilan pertama suatu budaya adalah bahasa” dan bahasa merupakan bagian mendasar dari jati diri manusia. “Pesan saya adalah hendaklah kita punya jati diri. Salah satu jati diri yang harus kita bangun adalah kebahasaan. Kalau kita orang Banyumas wajib bisa berbahasa Banyumas. Jangan malah malu. Sikap malu berbahasa Banyumas itu bukan sikap orang terpelajar. Itu sikapnya orang enggak terpelajar. Wong bahasa sendiri kok malu,” ujarnya.
Beliau juga menjelaskan konsep Trigatra Bahasa yang merupakan kemampuan berbahasa dalam tiga ranah, yaitu bahasa nasional, bahasa ibu, dan bahasa global. “Sebagai warga negara yang ideal, kita wajib mampu berbahasa Indonesia dalam bentuk lisan maupun tulisan. Kedua, kita wajib mampu berbahasa ibu, lisan maupun tulisan. Yang ketiga, kita hidup di alam global, pergaulan global, kita seyogyanya mampu berbahasa global, dalam hal ini bahasa Inggris,” jelasnya.
Ahmad Tohari turut menyoroti tantangan pelestarian budaya di tengah kemajuan teknologi dan media sosial, yang dapat menggerus nilai-nilai lokal. “Kebudayaan itu berkembang. Jadi tidak statis. Kebudayaan tetap berkembang menurut tuntutan zaman. Media sosial itu seperti pedang bermata dua. Manfaatnya besar, tetapi sampahnya bukan main banyaknya,” kata beliau.
Acara berlangsung interaktif dengan antusiasme tinggi dari peserta. Peserta seminar didominasi oleh mahasiswa Unsoed dari berbagai disiplin ilmu, tetapi tampak pula kehadiran pegiat komunitas buku dan masyarakat umum, yang menunjukkan luasnya minat terhadap sastra dan budaya Banyumas. Sebagian besar audiens mengaku sudah familier dengan karya-karya Ahmad Tohari, terutama Ronggeng Dukuh Paruk, dan datang karena tertarik mendalami isu-isu kebudayaan yang disampaikan langsung oleh sastrawan tersebut. Melalui kegiatan ini, Ahmad Tohari mengajak generasi muda untuk menjaga nilai-nilai budaya Banyumas melalui bahasa dan sikap dalam kehidupan sehari-hari.
Violetta Dariela De Phasa


