Pameran Sastra Rupa Babad Banyumas: Menghidupkan Sejarah Abad ke-18 Lewat Goresan Kanvas

Pameran Sastra Rupa Babad Banyumas Hidupkan Sejarah Abad ke-18 di Purwokerto Purwokerto, 25 Oktober 2025 — Pameran seni bertema “Pameran Sastra Rupa Babad Banyumas” resmi berlangsung di Hetero Space, Purwokerto, Jawa Tengah, mulai tanggal 22 hingga 25 Oktober 2025. Acara yang gratis untuk umum ini menjadi wadah bagi seniman Banyumas untuk menghidupkan kembali cerita sejarah dan sastra tradisional abad ke-18 melalui karya lukisan visual, serta antara seniman dan pengunjung dapat berdialog langsung tentang makna lukisan yang digores melalui kanvas.

Pameran ini digagas oleh Ikatan Pelukis Banyumas, yang dinaungi Dewan Kesenian Kabupaten Banyumas (DKKB), yang diketuai dan dukungan resmi dari Bapak Sadewo Trilastiono, Bupati Banyumas. Selama empat hari, pengunjung dapat menyaksikan sekitar 30 karya lukisan yang terinspirasi dari kisah-kisah sastra Jawa klasik, khususnya bentuk puisi pupuh, yang menjadi fondasi narasi historis Babad Banyumas.

Setiap seniman menerima satu penggalan cerita sejarah yang dituliskan dalam bentuk pupuh. Dari narasi itu, mereka mengembangkan imajinasi untuk menciptakan lukisan yang tidak hanya menggambarkan adegan, tetapi juga menyampaikan suasana, emosi, dan makna historis dari masa lampau. Hasilnya, karya seni yang tampil dalam pameran ini membentuk alur naratif visual yang terhubung erat, membawa penikmat seni dalam perjalanan waktu dari hasil karya lukisan pertama hingga terakhir.

Yanri Suta, seniman pelukis karya “Perjalanan Pulang”, menjelaskan, “Karena sastra seperti pupuh itu bersifat simbolis, kita para seniman berperan mengubah keindahan abstrak atau puisi pupuh itu menjadi gambar lukisan yang bisa dirasakan. Ini adalah bentuk penghargaan terhadap warisan budaya yang perlu dijaga.”

Listyo Widodo, seniman pencipta karya “Absording Flames”, menambahkan, “Sebelum menyelenggarakan pameran ini kami telah menyiapkan dari 3-4 bulan sebelum pelaksanaan. Dari pupuh, kami mengembangkan cerita menjadi sebuah lukisan agar lebih jelas sejarah yang disampaikan secara menyentuh melalui seni rupa.”

Alya, pengunjung pameran Pameran Sastra Rupa Babad Banyumas, mengungkapkan kesan mendalam atas keberhasilan acara ini dalam menghidupkan kembali sejarah dan kisah tradisional Banyumas melalui seni rupa. Menurutnya, momen paling membekas adalah kesempatan langsung berdialog dengan seniman, yang membuat mereka (seniman) merasa diapresiasi dan dihargai.

Aulia, pengunjung lainnya, menyebut acara ini paling membekas di antara banyak pameran di Purwokerto. Ia terkesan dengan kisah, lukisan, dan kesiapan pameran. Karya Aura Raden Katuhu jadi lukisan yang menarik karena cerita mistis yang hidup dalam warna. Ia berharap penyelenggara terus mengadakan pameran dan seniman terus berkarya agar warisan budaya Banyumas tetap lestari.

Acara ini merupakan inovasi baru dalam pelestarian budaya lokal, di mana seni rupa dan sastra tidak lagi berjalan terpisah, melainkan saling berikatam. Pameran ini tidak hanya menjadi ruang eksplorasi artistik, tetapi juga menjadi jembatan untuk generasi muda memahami sejarah Banyumas.

Talitha Nabilah Pranoto

 

Pos Terbaru

GIRALOKA berupaya menjadi media yang terbuka bagi banyak suara, mudah dicerna tanpa kehilangan ketajaman analisis, serta relevan di tengah gempuran informasi digital yang serba cepat. Kami ingin menghadirkan bacaan yang ringan tapi bermakna, alternatif tetapi tetap dapat dipercaya, sehingga pembaca tidak hanya sekadar mengonsumsi informasi, melainkan juga diajak untuk memahami, meresapi, dan—pada akhirnya—ikut menyumbangkan suara.