Rumah Singgah Maria: Wisata Religi di Jantung Desa Melung

Rumah Singgah Maria beralamat di Dusun III, Desa Melung, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dan kini menjadi salah satu destinasi wisata religi sekaligus wisata alam yang semakin dikenal masyarakat luas.

Sesampainya di lokasi, pengunjung tidak dipungut biaya masuk. Sebaliknya, mereka akan disambut dengan keramahan berupa suguhan air minum, teh hangat, mendoan, hingga makanan berat. Kehangatan sambutan ini mencerminkan nilai keterbukaan dan kasih yang dipegang oleh pengelola. Namun, sebagaimana tradisi dalam ajaran Kristiani, tersedia kotak persembahan bagi siapa saja yang ingin memberikan sumbangan secara sukarela. Dana persembahan ini menjadi bagian penting dalam mendukung keberlangsungan Rumah Singgah Maria.

Pendanaan tempat ini tidak hanya bersumber dari gereja, tetapi juga dari donasi masyarakat dan para donatur tetap. Banyak kebutuhan seperti makanan, teh, kopi, gula, dan keperluan sehari-hari lain dipenuhi dari sumbangan sukarela tersebut, ditambah dengan dukungan dana dari pemerintah daerah maupun pihak lokal.

Rumah Singgah Maria lahir dari kebaikan hati seorang dermawan yang menyumbangkan tanahnya untuk kemudian diserahkan kepada gereja. Dari sanalah berdiri sebuah tempat yang ditujukan sebagai sarana rohani: ruang untuk meditasi, rekoleksi, dan doa.

Tempat ini berada di bawah naungan Gereja Katolik Katedral Purwokerto, namun terbuka luas bagi semua denominasi gereja, baik Katolik maupun Protestan. Dengan semangat keterbukaan, Rumah Singgah Maria menjadi ruang bersama bagi siapa saja yang ingin menenangkan diri atau memperdalam kehidupan rohaninya.

Kegiatan di tempat ini cukup beragam. Mulai dari doa pribadi, doa kelompok, jalan salib, hingga devosi. Selain itu, pengunjung juga kerap menggunakan ruang ini untuk meditasi dan kegiatan rohani lain yang mendukung ketenangan batin. Setiap minggunya, selalu ada kunjungan dari kelompok-kelompok yang telah mendaftar terlebih dahulu, menjadikan suasana Rumah Singgah Maria senantiasa hidup oleh kegiatan iman dan kebersamaan.

Untuk mencapai area utama, peziarah perlu menempuh perjalanan sekitar 15 menit berjalan kaki menanjak, lalu 15 menit kembali turun. Meski terasa melelahkan, setiap langkah tidak akan terasa sia-sia, karena di sepanjang jalan tersedia banyak titik doa dan tempat untuk berdevosi. Di sana, pengunjung dapat berlutut, menyalakan lilin, berdoa, atau sekadar merenung dalam hening. Suasana sejuk dan tenang menjadikan perjalanan rohani ini penuh makna.

Demi menjaga kekhidmatan, setiap peziarah diimbau untuk tidak menimbulkan kegaduhan. Namun, bila perjalanan terasa cukup menguras tenaga, tidak perlu khawatir. Di beberapa titik, terdapat warga yang berjualan makanan dan minuman sederhana. Meski jumlahnya tidak banyak, cukup untuk melepas dahaga dan memberi energi tambahan bagi para peziarah yang ingin melanjutkan langkah.

Aliran sungai yang jernih dan udara sejuk pegunungan akan perlahan menghapus rasa lelah, digantikan dengan ketenangan batin. Setiap sudut yang dilewati menghadirkan nuansa rohani tersendiri, termasuk keberadaan Tirta Suci. Air dari tempat ini dipercaya membawa berkat, dan pengunjung dipersilakan membawanya pulang dengan wadah khusus yang sudah disediakan.

Bagi peziarah yang lupa membawa perlengkapan doa, tidak perlu cemas. Hampir di setiap titik patung Bunda Maria tersedia rosario yang bisa dipinjam. Anda juga dapat mengambil buku doa, lilin, dan korek api di titik tempat peristirahatan awal. Kehadiran fasilitas sederhana ini membuat setiap pengunjung tetap bisa merasakan kekhusyukan doa, sekalipun datang dengan tangan kosong.

Jika Anda yang berencana datang bersama rombongan, baik komunitas gereja, kelompok sekolah untuk retret, maupun komunitas lain, tidak perlu bingung mencari tempat menginap. Rumah Singgah Maria juga menyediakan fasilitas penginapan sederhana yang nyaman untuk menampung para peziarah. Pengaturan reservasi dapat dilakukan dengan mudah melalui admin pengelola, sehingga perjalanan rohani bersama kelompok terasa lebih tenang dan terencana.

Rumah Singgah Maria benar-benar terbuka bagi siapa saja yang datang dengan niat baik. Tidak ada yang menanyakan agama atau latar belakang pengunjung, apalagi menghakimi masa lalu mereka. Siapa pun dipersilakan untuk berkunjung dan merasakan ketenangan rohani. Bila membutuhkan pendampingan, pengunjung dapat meminta bantuan pada para pengurus Gua Maria Melung.

Salah satunya Romo Agung, yang tidak hanya mengurus Rumah Singgah Maria dan Gereja, tetapi juga ramah menyambut setiap pendatang. Ia menuturkan bahwa beberapa mahasiswa dari kampus Islam, seperti UIN Saizu Purwokerto dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, pernah datang untuk kepentingan tugas akhir. Dengan senang hati, Romo Agung mendampingi mereka, menunjukkan bahwa Rumah Singgah Maria bukan hanya ruang doa, tetapi juga ruang perjumpaan lintas iman.

Selain menjadi tempat rohani, Rumah Singgah Maria juga dikenal dengan kepeduliannya terhadap makhluk hidup lain. Di area ini, terdapat beberapa anjing yang dirawat dengan penuh kasih oleh Romo Agung. Para anjing tersebut bukan hanya dijaga kebersihannya, tetapi juga diberi makanan dan perhatian layaknya keluarga. Bagi pengunjung yang berkenan, pihak pengelola membuka kesempatan untuk mengadopsi anjing-anjing ini. Kehadiran mereka memberi suasana hangat dan bersahabat, seakan mengingatkan bahwa cinta kasih tidak hanya berlaku pada sesama manusia, melainkan juga pada ciptaan Tuhan lainnya.

Sebelum pulang, sempatkanlah mampir ke kios kecil milik umat setempat. Di sana tersedia beragam oleh-oleh, mulai dari rosario, salib, hingga hiasan rohani yang bisa dijadikan kenang-kenangan. Tak ketinggalan, ada juga aneka camilan sederhana yang cocok dibawa pulang untuk keluarga atau sahabat. Membawa buah tangan dari Rumah Singgah Maria bukan sekadar membeli barang, tetapi juga ikut mendukung masyarakat sekitar yang dengan tulus menjaga kehangatan tempat ini.

Yasmine Awalia Evlin

Pos Terbaru

GIRALOKA berupaya menjadi media yang terbuka bagi banyak suara, mudah dicerna tanpa kehilangan ketajaman analisis, serta relevan di tengah gempuran informasi digital yang serba cepat. Kami ingin menghadirkan bacaan yang ringan tapi bermakna, alternatif tetapi tetap dapat dipercaya, sehingga pembaca tidak hanya sekadar mengonsumsi informasi, melainkan juga diajak untuk memahami, meresapi, dan—pada akhirnya—ikut menyumbangkan suara.